Jumat, 16 Januari 2009

Fonotaktik


PROBLEMATIKA FONOTAKTIK
DALAM BAHASA INDONESIA

A. Pendahuluan

Guru mata pelajaran Bahasa Indonesia mempunyai tanggung jawab keilmuan kepada peserta didik dalam memberikan kaidah berbahasa yang baik dan benar. Materi pembelajaran yang disajikan hendaknya mencerminkan kazanah bahasa Indonesia yang selaras dan sejalan dengan perkembangan peradaban rakyat Indonesia. Guru mata pelajaran Bahasa Indonesia sebaiknya juga melakukan pengkajian terhadap berbagai persoalan terhadap perkembangan kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Setiap bahasa mempunyai ketentuan sendiri yang berkaitan dengan kaidah kebahasaannya, termasuk di dalamnya kaidah deretan fonem. Kaidah yang mengatur deretan fonem mana yang terdapat dalam bahasa dan mana yang tidak dinamakan fonotaktik (Moeliono, 1993:52).

Bahasa Indonesia juga mempunyai kaidah semacam itu. Kaidah fonotaktik itulah yang menyebabkan kita dapat merasakan secara ituitif bentuk mana yang berterima (kelihatan seperti kata Indonesia) , meskipun belum pernah kita dengar/lihat sebelumnya dan mana yang tidak berterima.

Pola fonotaktik adalah kaidah pergeseran bunyi dalam pelafalan kata, baik kata dasar atau kata turunan akibat pengaruh bunyi yang ada di lingkungannya ( baik sebelum dan sesudahnya). Pergeseran ini menimbulkan variasi bunyi dari satu fonem yang sama.

B. Permasalahan

Berdasarkan paparan pendahuluan di atas, pada kesempatan ini penulis akan mencoba mengungkapkan permasalahan, “Bagaimanakah deretan fonem yang lazim dan yang tidak lazim dalam bahasa Indonesia?”

C. Pembahasan

Seperti telah disebutkan pada pendahuluan di atas, bahwa setiap bahasa mempunyai ketentuan sendiri kaidah kebahasaannya, termasuk di dalamnya kaidah deretan fonemnya. Deretan fonem yang terdapat dalam bahasa Indonesia cukup bervariasi seperti halnya deretan fonem bahasa-bahasa lain yang ada di dunia ini. Deretan fonem tersebut meliputi deretan vokal, deretan konsonan, dan deretan vokal dan konsonan dalam satu suku kata.

1. Deretan vokal dalam bahasa Indonesia

Deretan vokal biasa merupakan dua vokal yang masing-masing mempunyai satu hembusan napas dan karena itu masing-masing termasuk dalam suku kata yang berbeda. Deretan dua vokal yang terdapat dalam bahasa Indonesia adalah sebagai berikut:

/iu/ : tiup, iur, nyiur

/io/ : kios, radio, biola

/ia/ : tiap, dia, giat

/ei/ : mei

/ea/ : beasiswa, kreasi

/eo/ : feodal, beo, pemeo

/ae/ : daerah

/ai/ : saingan

/au/ : kaum, mau

/oa/ : soal, doa

/ui/ : kuil, buih

/ua/ : dua, puasa, suap

/ue/ : kue, duet

/uo/ : kuota

/əi/ : seiket

/əe/ : seekor

/əa/ : seakan

/əu/ : seutas

/əə/ : keenam.

Deretan vokal di atas adalah deretan vokal yang lazim dan berterima dalam bahasa Indonesia. Apabila ada bentuk/bunyi yang di dalamnya menggunakan deretan vokal tersebut tidak akan terasa asing kita.

2. Deretan konsonan dalam bahasa Indonesia

Seperti halnya deretan vokal, deretan konsonan dalam bahasa Indonesia juga cukup bervariasi. Adapun variasi dari deretan konsonan tersebut adalah :

a. Deretan konsonan dalam satu suku kata

1). Jika dua konsonan berderet dalam satu suku kata yang sama, maka konsonan yang pertama hanyalah /p/, /b/, /t/, /k/, /g/, /f/, /s/, dan /d/, sedangkan konsonan yang kedua hanyalah /l/, /r/, /w/, atau /s/, /m/, /n/, dan /k/

/pl/ : pleonasme, pleno, taplak

/bl/ : blangko, gamblang

/kl/ : klinik, klasik

/gl/ : global, gladi

/fl/ : flamboyan, flu

/sl/ : slogan, Slip

/br/ : brantas, obral, ambruk

/tr/ : tragedi, mitra

/dr/ : drama, drastis, adres

/kr/ : kriminal, akrab, krupuk

/gr/ : gram, granat

/fr/ : fragmen, diafragma, frustasi

/sr/ : pasrah, Sragen

/ps/ : psikologi, pseudo, psikiater

/ks/ : ekstra, eksponen

/dw/ : dwifungsi, dwiwarna

/sw/ : swalayan, swasembada

/kw/ : kwintal, kwitansi

/sp/ : sponsor, spanduk

2). Jika tiga konsonan berderet dalam satu suku kata, maka konsonan pertama selalu /s/, yang kedua /t/ atau /p/, dan yang ketiga /r/ atau /l/.

/str/ : strategi, instruksi

/spr/ : sprei

/skr/ : skripsi, manuskrip

/skl/ : sklerosis

b. Deretan dua konsonan dalam suku yang berbeda adalah sebagai berikut :

/mp/ : empat, pimpin

/mb/ : ambil, gambar

/nt/ : untuk, ganti

/nd/ : indah, pandang

/ňc/ : lancar, kunci

/ňj/ : janji, banjir

/ŋk/ : engkau, mungkin

/ŋg/ : angguk, tinggi

/ŋs/ : bangsa, angsa, mangsa

/ns/ : insaf, insan, insang

/rb/ : kerbau, terbang, korban

/rd/ : merdu, merdeka, kerdil

/rg/ : harga, pergi, sorga

/rj/ : kerja, terjang, sarjana

/rm/ : permata, cermin, derma

/rn/ : warna, purnama, ternak

/rl/ : perlu, kerling, kerlip

/rt/ : arti, serta, harta

/rk/ : terka, perkara, murka

/rs/ : bersih, kursi, gersang

/rc/ : percaya, karcis, percik

/st/ : isteri, pasti, dusta

/sl/ : asli, tuslah, beslit

/kt/ : waktu, bukti, dokter

/ks/ : paksa, laksana, saksama

/?d/ : takdir

/?n/ : laknat, makna, yakni

/?l/ : takluk, maklum, taklim

/?r/ : makruf, takrif

/?w/ : dakwa, takwa

/pt/ : sapta, optik, baptis

/ht/ : sejahtera, tahta, bahtera

/hk/ : bahkan

/hš/ : dahsyat

/hb/ : sahbandar

/hl/ : ahli, mahligai, tahlil

/hy/ : sembahyang

/hw/ : bahwa, syahwat

/sh/ : mashur

/mr/ : jamrut

/ml/ : jumlah, imla

/lm/ : ilmu, gulma, palma

/gn/ : signal, kognitif

/np/ : tanpa

//sb/ : asbak, asbes, tasbih

/sp/ : puspa, aspirasi, aspal

/sm/ : basmi, asmara

/km / : sukma

/ls/ : palsu, balsem, pulsa

/lj/ : salju, aljabar

/lt/ : sultan, salto

/pd/ : sabda, abdi

/gm/ : magma, dogma

/hd/ : syahdan, syahdu

Dua variasi deretan konsonan tersebut di atas adalah deretan konsonan yang lazim dan berterima dalam bahasa Indonesia.

3. Deretan vokal dan konsonan dalam satu suku kata

Kata dalam bahasa Indonesia terdiri atas satu suku kata atau lebih. Betapapun panjangnya suatu kata, wujud suku kata yang membentuknya mempunyai struktur dan kaidah. Suku kata dalam bahasa Indonesia terdiri atas vokal dan konsonan . Berikut adalah deretan vokal (V) dan konsonan (K) yang membentuk suku kata dalam bahasa Indonesia beserta contoh katanya:

a. V : a-mal, su-a-tu, tu-a

b. VK : ar-ti, ber-il-mu, ka-il

c. KV : pa-sar, sar-ja-na, war-ga

d. KVK : pak-sa, ke-per-lu-an, pe-san

e. KKV : slo-gan, kop-pra

f. KKVK : trak-tor, a-trak-si

g. KVKK : teks-til, kon-teks-tual, mo-dern

h. KKKV : stra-te-gi, stra-ta

i. KKKVK : struk-tur, in-struk-tur

j. KKVKK : kom-pleks

k. KVKKK : korps.

Deretan vokal dan konsonan yang membentuk satu suku kata seperti tersebut di atas itulah yang berterima dalam bahasa Indonesia, selain itu tak berterima.

D. Simpulan

Setiap bahasa memiliki kaidah deretan fonem. Kaidah itulah yang mengatur deretan fonem ada dalam suatu bahasa dan yang tidak ada dalam suatu bahasa. Dengan kata lain kaidah itulah yang mengatur deretan fonem yang berterima dan yang tidak berterima dalam suatu bahasa. Pada waktu selanjutnya, mungkin terjadi perkembangan atau perubahan yang berbeda dengan kaidah yang ada. Hal tersebut bisa diterima jika berterima dan lazim.

DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Hasan. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Moeliono, M. Anton (Peny.). 1993. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Perum Balai Pustaka.

Samsuri. 1978. Analisa Bahasa : Memahami Bahasa Secara Ilmiah. Jakarta: Erlangga.

Verhar, J.W.M. 1982. Pengantar Linguistik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

1 komentar:

  1. maaf pak, saya mahasiswa salah satu perguruan negeri di Bali. tulisan Bapak sangat bermanfaat untuk bahan penulisan saya. saya ingin bertanya, berkaitan dengan tonasi dalam bahasa. menurut bapak, apakah bahasa indonesia dan bahasa inggris adalah tona bahasa? dimana pengucapan kata yang sama di dalam sebuah kalimat yang berbeda tidak mengalami perubahan (uncontextual). bagaimana menurut bapak? trims

    BalasHapus